Kisah Mustahik: Program BAZNAS Microfinance Desa (BMD)
Nasi Kuning Bu Hasanah Berkembang Bersama Dukungan Pembiayaan Tanpa Bunga dari BAZNAS Microfinance Desa
31/07/2025 | Humas BAZNAS TulungagungTulungagung - Di balik ketulusan dan kegigihan seorang wanita paruh baya tercipta nasi kuning yang nikmat dan tersebar disudut-sudut Kota Tulungagung. Uswatun Hasanah, pemilik usaha kuliner “Nasi Kuning dan Nasi Kuning Bu Hasanah”. Sejak memulai usahanya pada tahun 2019, Hasanah konsisten menyajikan menu sarapan yang kini menjadi favorit warga Kelurahan Kampung Dalem dan sekitarnya.
Usaha ini beroperasi setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 10.00 pagi, menyuguhkan dua pilihan menu utama: nasi kuning dan bubur ayam. Dengan harga bersahabat, hanya Rp7.000 per porsi, Hasanah berhasil menjaga loyalitas pelanggan dari berbagai kalangan. Tidak hanya di satu tempat, usahanya kini tersebar di empat titik strategis di wilayah kota Tulungagung, masing-masing dijalankan oleh satu pegawai yang membantu operasional harian.
Pemasaran dilakukan secara sederhana namun efektif. Selain promosi langsung oleh para pegawai outlet, Hasanah juga melayani pesanan antar untuk jumlah tertentu, memadukan metode pemasaran offline dan online secara cerdas.
Rata-rata pendapatan kotor dari seluruh outlet berkisar antara Rp700.000 hingga Rp900.000 per hari, dengan laba bersih harian mencapai Rp200.000 hingga Rp300.000. Guna menjaga kualitas dan kesegaran, bahan baku seperti beras, santan, dan rempah-rempah selalu dibeli harian dari Pasar Ngemplak, Tulungagung.
Di balik perkembangan usaha ini, terdapat dukungan pembiayaan mikro tanpa bunga dan tanpa jaminan dari program BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Kabupaten Tulungagung. Bentuk bantuan ini menjadi dorongan penting bagi Hasanah dalam memperkuat fondasi usahanya.
Pada Oktober 2024, ia mendapatkan pembiayaan tahap pertama sebesar Rp1.800.000. Dana ini digunakan untuk membeli tenda portabel berukuran 2x2 meter yang dipakai untuk berjualan di area Car Free Day (CFD) serta menambah bahan baku.
Kemudian pada Maret 2025, Hasanah kembali memperoleh pembiayaan tahap kedua senilai Rp3.000.000 yang difokuskan untuk memperkuat ketersediaan bahan baku di semua titik usahanya. Meskipun nilainya relatif kecil, namun pembiayaan ini menjadi solusi tepat untuk mendorong keberlanjutan usaha tanpa membebani dengan bunga ataupun agunan.
Dengan manajemen usaha yang terus ia pelajari dan tingkatkan, serta semangat kerja keras yang tak pernah surut, Uswatun Hasanah menatap masa depan dengan harapan bisa memperluas titik penjualan dan membuka peluang kerja bagi lebih banyak orang di sekitarnya.
“Yang penting tetap semangat, terus belajar, dan jujur dalam usaha,” ujarnya penuh keyakinan.
“Nasi Kuning Bu Hasanah” bukan sekadar warung sarapan, tapi juga cermin bagaimana usaha kecil dapat tumbuh jika mendapatkan suntikan motivasi dan dukungan pembiayaan yang bersahabat. Kisah ini menjadi contoh nyata bagaimana skema pembiayaan yang adil dan ringan bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi kerakyatan secara perlahan namun pasti.
