Warung pecel legendaris Mak Ti, Desa Sobontoro, Boyolangu
Bantuan Mikro BAZNAS Jadi Penopang Warung Pecel Mak Ti yang Melegenda Sejak 2007
24/07/2025 | Humas BAZNAS TulungagungTulungagung – Di balik aroma sedap nasi pecel yang menguar dari sebuah warung sederhana di Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, tersimpan kisah perjuangan seorang ibu yang tak pernah lelah menata hari demi hari lewat usaha kuliner rumahan. Warung Sego Pecel Mak Ti, yang sudah berdiri sejak 2007, menjadi bukti nyata bahwa ketekunan dan semangat, meski dalam skala kecil, bisa memberi dampak besar bagi lingkungan sekitar.
Dikelola oleh Ibu Sutini bersama suami dan anaknya, warung ini buka setiap pagi hingga siang hari, mulai pukul 07.00 hingga 12.00. Menyajikan menu tradisional khas Jawa Timur seperti nasi pecel, nasi campur, dan bubur dengan harga terjangkau mulai dari Rp8.000 sampai Rp18.000, warung ini menjadi tempat favorit warga setempat untuk mengisi energi di pagi dan siang hari.
Menariknya, pemasaran warung Mak Ti masih mengandalkan cara-cara tradisional: menjajakan makanan langsung di warung, berkeliling desa, hingga rutin ikut kegiatan Car Free Day (CFD) di pusat kota Tulungagung. Strategi sederhana ini justru berdampak besar. Penjualan saat di CFD bahkan bisa menghasilkan pendapatan kotor harian lebih dari Rp700.000, meningkat signifikan dibanding hari biasa yang berkisar Rp400.000–Rp600.000. Dari hasil tersebut, Ibu Sutini bisa membawa pulang pendapatan bersih sekitar Rp150.000 hingga Rp250.000 per hari.
Warung ini tak hanya mengandalkan pelanggan baru, namun juga memiliki pelanggan setia yang rutin menikmati cita rasa khas Mak Ti setiap harinya. Demi menjaga kualitas, setiap sore Ibu Sutini tetap konsisten berbelanja bahan baku segar dari toko sayur lokal.
Titik penting dalam perjalanan warung ini terjadi pada Maret 2025. Saat itu, Ibu Sutini mendapat bantuan pembiayaan dari program BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Kabupaten Tulungagung sebesar Rp3.000.000. Bantuan ini diberikan tanpa bunga dan tanpa jaminan, sebagai bentuk dukungan ringan namun bermakna untuk usaha kecil yang punya potensi tumbuh dan bertahan.
Dana tersebut tidak digunakan untuk hal muluk, melainkan untuk kebutuhan mendesak dan fungsional: pembelian bahan baku dan perlengkapan pendukung warung seperti kursi, dan kompor. Meski tampak sederhana, dukungan ini mampu memperbaiki kualitas pelayanan warung dan menambah kenyamanan pelanggan.
Bantuan dari BMD memang bukan bantuan utama yang mengubah segalanya, tapi hadir sebagai penopang penting bagi pelaku usaha mikro seperti Ibu Sutini agar bisa terus berjalan dan berkembang. Bukan sekadar pinjaman, melainkan dorongan kecil yang memperkuat langkah usaha lokal dalam menghadapi tantangan zaman.
Meski saat ini warung Mak Ti belum memiliki layanan pesan antar, harapan tetap menyala. Ibu Sutini ingin usahanya terus bertumbuh dan menjangkau lebih banyak pelanggan di masa mendatang.
Dengan ketekunan dan sedikit dukungan, warung pecel rumahan ini memberi pelajaran bahwa keberhasilan tak selalu datang dari hal besar, tetapi justru dari konsistensi kecil yang dijaga setiap hari dan dari keberpihakan nyata lembaga seperti BAZNAS terhadap pelaku usaha akar rumput.
