Proses penyaluran biaya hidup kepada mbah Wiji
Sebatangkara di Usia Senja, Mbah Wiji Temukan Secerah Harapan: BAZNAS Berikan Bantuan Seumur Hidup
06/05/2025 | Humas BAZNAS TulungagungTulungagung - Di sebuah rumah reyot berdinding bambu dan beralaskan plastik tipis, hidup seorang nenek tua sendirian, dalam sepi, dalam lupa, dalam kondisi yang memilukan. Dialah Mbah Wiji, 80 tahun, lansia sebatang kara dari Desa Gedangan, Kecamatan Karangrejo. Hidupnya seperti dilupakan oleh waktu, tanpa keluarga, tanpa penghasilan, dan dengan ingatan yang perlahan menghilang. Namun, satu hal yang kini membuatnya bertahan: bantuan seumur hidup dari BAZNAS Tulungagung.
Dalam keterbatasan dan ketidakberdayaan, Mbah Wiji kini menerima bantuan biaya hidup sebesar Rp900.000 yang diberikan secara rutin setiap tiga bulan sekali. Bantuan ini bukan hanya sekadar materi, tetapi menjadi sumber utama kehidupannya, untuk makan, untuk bertahan, untuk merasa bahwa ia masih dihargai.
Mbah Wiji sering terlihat berjalan tanpa arah. Dalam pikirannya yang mulai kabur, satu hal tetap tertinggal: kerinduan akan teman. Ia kerap memohon kepada siapa pun yang ia temui di jalan, “Ayo, ndok, temani saya di rumah ya… jangan pergi.” Kalimat yang terdengar sederhana, namun menyayat. Jeritan dari kesepian yang terlalu lama tak terjawab.
Meski tak memiliki keluarga, ia tak sepenuhnya sendiri. Warga sekitar masih menunjukkan empati. Bu Nartiyah, seorang tetangga yang setiap hari mengawasi keadaannya, menyampaikan bahwa bantuan dari BAZNAS adalah satu-satunya harapan hidup Mbah Wiji. “Beliau itu sudah tidak bisa kerja, tidak punya siapa-siapa. Bantuan inilah satu-satunya pegangan. Biasanya untuk beli makan jadi, kadang saya bantu juga beli lauk,” kata Bu Nartiyah sambil menahan haru.
Staff BAZNAS Tulungagung bagian pendistribusian dan pendayagunaan, Lisnawaroh menyampaikan bahwa program bantuan ini bukan hanya bentuk tanggung jawab sosial, tetapi juga wujud cinta kasih dari umat kepada mereka yang lemah dan terlupakan.
“Kami berharap bantuan ini bisa menghadirkan ketenangan dan keberlanjutan hidup bagi lansia seperti Mbah Wiji. Melalui sedekah yang dititipkan di BAZNAS, masyarakat secara langsung menyelamatkan kehidupan mereka yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya.
Bantuan tersebut disalurkan langsung ke rumah-rumah penerima manfaat, salah satunya oleh Amanda Suci, mahasiswa binaan BAZNAS Tulungagung yang turut terjun dalam proses distribusi. Ia menyampaikan ajakan tulus kepada masyarakat:
“Kami mengajak masyarakat untuk tidak menutup mata terhadap penderitaan sesama. Melalui sedekah di BAZNAS Tulungagung, kita bisa ikut menjadi bagian dari perubahan. Tak harus kaya untuk peduli, cukup ada niat, ada kasih. Kebaikan sekecil apa pun bisa menyelamatkan hidup seseorang.”
Dalam dunia yang sering kali lupa pada yang renta dan lemah, kisah Mbah Wiji menjadi pengingat bahwa satu tindakan kebaikan bisa mengubah hidup seseorang. Dan selama masih ada hati yang peduli, tak ada jiwa yang benar-benar sendiri.
