Kisah Mustahik: Program BAZNAS Microfinance Desa (BMD)
Pinjaman Tanpa Bunga dan tanpa jaminan: BAZNAS Dorong Inovasi Getuk Crispy Bu Diyah Tembus Pasar Modern
02/06/2025 | Humas BAZNAS TulungagungTulungagung – Inovasi kuliner unik kembali lahir dari tangan kreatif warga Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman. Diyah Ayu Kurniawati (31), ibu rumah tangga yang sukses menciptakan Getuk Crispy, kuliner tradisional yang berbeda dari biasanya: Getuk Crispy berbentuk bola-bola kecil yang renyah dan menggoda.
Usaha yang dirintis sejak awal 2024 ini lahir dari keinginan produksi jajan dengan modal kecil, dan kecintaan Diyah terhadap jajanan tradisional. Namun, alih-alih menyajikan getuk dalam bentuk biasa, Diyah memilih mengemasnya dalam bentuk bola kecil yang digoreng garing siap santap dan tersedia juga versi frozen untuk versi mentah. Bentuk unik ini menjadi daya tarik utama, membedakan produknya dari getuk goreng pada umumnya.
Namun, di balik kelezatan produknya, ada kisah inspiratif tentang perjuangan dan dukungan sosial yang jarang terdengar: usaha ini berkembang berkat bantuan pembiayaan tanpa bunga dan tanpa jaminan dari BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Tulungagung.
Pada Maret 2025, Diyah menerima dana sebesar Rp1.500.000 dari BMD untuk pembelian bahan baku dan peningkatan kemasan. Dana ini tanpa jaminan dan tidak dibebankan bunga, sehingga sepenuhnya difokuskan untuk membantu pelaku usaha kecil berkembang tanpa beban finansial.
“Program kami memang dirancang untuk memberdayakan ekonomi umat secara berkelanjutan. Bantuan ini bukan sekadar modal, tetapi bentuk nyata kepedulian terhadap pelaku usaha kecil agar mereka bisa mandiri dan naik kelas,” ujar Imam Suyudi, Manajer BMD Tulungagung.
Berkat suntikan dana tersebut, Diyah mampu meningkatkan kualitas kemasan produknya dan menjaga stabilitas produksi yang semula bermodal kecil. Kini, ia rutin memproduksi getuk crispy sebanyak tiga kali seminggu, dengan kebutuhan bahan baku ketela mencapai 10–14 kg per sesi produksi. Omzet mingguan mencapai Rp1.050.000, dengan pendapatan bersih sekitar 50 persen dari total omzet.
Produk dijual seharga Rp12.000 per pak untuk versi mentah dan Rp14.000 untuk versi matang. Tak hanya memproduksi getuk saja, Diyah juga memproduksi risol. Ia juga menerima pesanan besar untuk acara hajatan serta melayani penjualan online melalui Facebook, WhatsApp, dan layanan antar (delivery order).
“Ke depan, saya ingin bisa meng-upgrade kemasan dengan desain yang lebih menarik agar bisa bersaing di pasar yang lebih luas,” kata Diyah penuh semangat.
Dengan inovasi yang terus dikembangkan dan dukungan nyata dari BMD, Getuk Crispy Diyah Ayu menjadi bukti bahwa sentuhan tradisional dan teknologi modern dapat berpadu menciptakan peluang ekonomi baru tanpa harus terjebak dalam jerat utang atau bunga pinjaman.
